A. KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya adalah “benum” yang berarti kebaikan.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu
abadi, dan mempunyai daya tank yang selalu bertambah. Keindahan juga
bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan,
waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan
A.1 APAKAH KEINDAHAN ITU ?
Keindahan adalah susunan kualitas
atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal kulitas yang paling disebut
adalah kesatuan (unity) keselarasan (harmony) kesetangkupan (symmetry)
keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi
3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas, menurut Aristoteles
keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
2. Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu pengalaman
estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas, yaitu yang
menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa
keindahan bentuk dan warna
Ada 2 nilai yang penting dalam Keindahan :
1. Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai
alat atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan
kasar.
2. Nilai intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di
dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya pesan
yang akan disampaikan dalam suatu tarian.
Bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis
yang disebutnya ‘symmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan (
misalnya pada karya pahat dan arsitektur.) dan hamlonia untuk keindahan
berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang
seluas-luasnya meliputi
- keindahan alam
- keindahan moral
-
keindahan seni
- keindahan intelektual
Keindahan dalam arti estetis mumi menyangkut pengalaman estetis dari
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
Sedang
keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya
menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa
keindahan dan bentuk dan warna. keindahan pada dasamya adalah sejumlah
kwalita
, pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal.
A.2 Nilai Estetik
Dalam
rangka terori umum tentang “The Lianh
Gie” menjelaskan bahwa pengertian yang dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti
halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan
disebut nilai estentik.
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau
sarana untuk sesuatu ha! lainnya (instrumental/contributory. value),
yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.. Sedangkan nilai instrinsik
adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu
tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
A.3 Kontemplasi dan Ekstansi
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu
yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan,
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini
dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi
penilaian bahwa sesuatu itu indah. Apabila kontemplasi dan ekstansi itu
dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong
untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor
pendorong utuk merasakan, menikmati keindahan. Bagi scorang seniman
selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan seniman. Bagi
orang bukan seniman mungkin faktor ekstansi lebih menonjol. Jadi, ia
lebih suka menikmati karya seni daripada menciptakan karya seni. Dengan
kata lain, ia hanya mampu menikmati keindahan tetapi. tidak mampu
menciptakan keindahan.
A.4 Apa sebab manusia menciptakan keindahan?
1.Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak
sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang
merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin
paksa.
2.Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kcmanusiaan ditandai
dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah
laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan
seksual.
3.Penderitaan manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling
menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat
orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa. serakah, tidak
berhati-hati dan sebagainya.
Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak
menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan
tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karena tidak
bermanfaat bagi kemanusiaan.
4.Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan
keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam
merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru
saja keindahan ciptaan Tuhan itu. Seindah-indah tinian terhadap ciptaan
Tuhan, tidak akan menyamai keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri.
B. RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan
sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah
hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa
teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan
teori psikologi
B.1 Teori Pengungkapan
Dalil dari teori in
i ialah bahwa “Art is an expression of human feeling”
( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini
terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika
menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto
Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam
bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General
Linguistic”.Seorang
tokoh lainnya dari teori pengungkapan adalah Leo Tolstoi dia menegaskan
bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan
yang seseorang telah mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian
dengan perantaraan pelbagai gerak, garis, wama, suar dan bentuk yang
diungkapkan dalam kata-kata mernindahkan perasaan itu sehingga
orang-orang mengalami perasaan yang sama.
B.2 Teori Metafisik
Teori seni
yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni
berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas
estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber
seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory).
B.3 Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf
manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak
semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan
spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori
seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan
mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasaikan
psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.
Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan batin untuk
bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Sebuah teori
lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan
(signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau
tanda dari perasaan manusia
C. KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya
cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu
mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Keserasian
identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan
yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir
berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang
terdapat pada suatu hal.Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity).
Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah
kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara
pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauti is unity of formal relations
among our sence-perception)
C.1 Teori Obyektif dan Teori Subjektif
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa
dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori
subyektif. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta
nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada
bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan
suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang
yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung
pada pencerapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif
ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya
yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
C.2 Teori Perimbangan
Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu
dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif
yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita
dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Bangsa
Yunani menemukan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat
sebagaimana terdapat dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi
ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun yang indah.
Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad
ke 17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan dari
filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka
keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.
Keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap
pikiran melihat suatu keindahan yang berbeda-benda. Para seniman
romantik umumnya berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan
tidak adanya keteraturan, yakni tersusun dari daya hidup, penggambaran,
pelimpahan dan pengungkapan perasaan. Karena itu tidak mungkin disusun
teori umum tentang keindahan.
Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab5-manusia_dan_keindahan.pdf